Bento baru dua minggu balik dari pesantren, dua tahun lebih dia menghabiskan waktunya disana. Kecanduan akan narkoba (putau) membuatnya harus tinggal lama ditempat itu. Awal tinggal disitu bagai dineraka katanya, disiplin yang ketat dan padatnya jadwal kegiatan membuat dia yang biasa hidup bebas merasa sangat muak, belum lagi rasa sakit (sakau) yang dialami karena tidak bisa memakai putau lagi. Ingin rasanya kabur saja dari tempat itu. Begitu ceritanya padaku.
Ini adalah kali kedua dia menghabiskan waktu dipesantren, setelah dua tahun sebelumnya dia sempat dititipkan disitu selama enam bulan.
Dia 'dipesantrenkan' bukan karena keinginannya. Ibunyalah yang memaksa dia untuk kesana. Orang tuanya sudah lama kewalahan akan sikap dan prilakunya yang meresahkan karena keranjingan memakai putau. Terakhir dia sempat dipenjara selama seminggu karena kedapatan mencuri tape mobil dilingkungan kampusnya, untunglah orang tuanya yang berkecukupan cepat menutup berkasnya, hingga berkas Bento tidak dilanjutkan kepersidangan, yang kalau hal itu terjadi bisa membuatnya lebih lama lagi mendem disel.
Rupanya uang dari orang tuanya tak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya, hingga dia sering mencuri.
Untunglah orang tuanya tak pernah patah arang mengobati Bento. Terlebih sang ibu, banyak sudah perhiasan dijual bahkan ayahnya sampai menjual mobil untuk menutupi biaya berobat.
Dua kali pernah Bento kedapatan over dosis saat mengkonsumsi putau dikamarnya. Beruntunglah dia, maut tak sampai menjemput, seperti yang sudah terjadi pada tiga kawan dikomplek tempat tinggalnya yang sama sama pemakai dan berulang kali juga dia dirawat dirumah sakit ketergantungan obat (RSKO) namun itu tak membuatnya sembuh total, kembali dia menggauli putau tak lama kemudian.
Kini selepas dari pesantren, Bento kulihat jadi lebih pendiam dan ada perubahan pada cara berpakaiannya, lucu juga saat melihat dia memakai pakaian gamis, rupanya kebiasaan berpakaian dipesantren masih dilakukannya.
Diapun terlihat lebih gemuk dan berperawakan segar, raut wajahnya terlihat cerah dan bersih.
Kami sempat ngobrol ngobrol pada malam sebelum dia berangkat, dia mengatakan bersyukur bisa sembuh dari jerat narkoba dan berusaha sekeras mungkin untuk tak mengenalnya lagi. Untuk menghindari akan kecanduannya kembali, rupanya sang ayah dengan sepertujuan Bento juga ibunya, memutuskan untuk mengirimmya ke Nganjuk. Sebuah kota kecil dijawa timur, kampung halaman orang tuanya.
Ya.. . Rupanya Bento harus dijauhkan dari lingkungan yang telah membesarkan sekaligus menghancurkan hidupnya.
Disana dia akan membantu pamannya mengurus usaha matrial pedesaan yang tengah berkembang, diharapkan dengan adanya kegiatan dan lingkungan baru serta sulitnya akses narkoba, disana dia bisa melupakan masa lalunya yang kelam dan terhindar dari jerat putau yang telah menghabiskan banyak waktunya dalam kesia siaan.
Senang mendengarnya, walaupun ada kesedihan tersirat dihati kami karena harus berpisah.
Doaku untukmu kawan, semoga Allah menguatkan tekad hatimu.. .
See U Bento.. . Baik baik disana ya.
Hikmah
:
Tetap kuatkan hati untuk mengatakan tidak pada narkoba apapun bentuk dan jenisnya itu. Karena sekali kita mengenalnya, maka sangat sulit untuk berhenti dan rasanya sakit minta ampun saat kita mencoba untuk berhenti makai, bila kita sudah kecanduan.
Untuk para orang tua, selalu waspada dan awasi anak anak dengan baik agar terhindar dari bahaya jerat narkoba.
Artikel ini diikut sertakan pada kontes unggulan 'Cermin Berhikmah' di BlogCamp