Sebelum lelap, aku mengikat janji pada alarm agar ia bisa mengingatkanku pada waktu yang kuingini untuk menyimak hari pagi.
Tapi seperti biasa ia selalu gundah bahkan sebal karena selalu saja ia mesti berteriak hingga tiga sampai empat kali, bahkan lebih disetiap paginya sampai akhirnya bisa mengusik lelapku.
Karena seringnya kuabaikan ia bukan hanya gundah dan sebal tapi ia juga sampai beberapa kali terlihat mengejekku lewat tatapannya yang sinis. Mirip tatapan orang kaya terhadap simiskin, seperti yang pernah kulihat selintas lalu dishitnetron Tv.
Seingatku, kurasa hanya sesekali saja ia tak mengejekku.
Ya.. . Walau hanya sesekali, namun aku bisa tersenyum puas. Karena aku bisa selangkah lebih dulu menyimak pagi dan tentu saja aku bisa merasakan kopi buatanku juga hisapan kretek yang nikmat sekali, karena aku tak tergesa dalam menikmatinya.
Dan. . Dengan rasa kemenangan, aku mematikan alarm itu sebelum ia melengking dan mengejekku lagi seperti biasa.
17 Apr 2012
13 Apr 2012
Limbung
Tiba tiba kau hadirkan lagi pesonamu
pada wajah langit, deru ombak dan angin selatan
Kau bangkitkan kenangan pada pekatnya candu, bergelas arak dan kretek yang menemani malam kita di pantai sawarna
diantara ombak yang jilati jemari dan sebelum langit yang menjadi terang, barisan nyiur menyaksikan kita berangkulan dalam limbung menggelakan kata kata disemesta yang mulai merona jingga
Kau sentuh lagi rasa saat bulan meredup dan angin yang kembali kedaratan
pada wajah langit, deru ombak dan angin selatan
Kau bangkitkan kenangan pada pekatnya candu, bergelas arak dan kretek yang menemani malam kita di pantai sawarna
diantara ombak yang jilati jemari dan sebelum langit yang menjadi terang, barisan nyiur menyaksikan kita berangkulan dalam limbung menggelakan kata kata disemesta yang mulai merona jingga
Kau sentuh lagi rasa saat bulan meredup dan angin yang kembali kedaratan
Jangan bilang rindu, karena akupun sudah tak kuasa menahannya.
Miss U Botel. .
Langganan:
Postingan (Atom)