16 Okt 2011

KeGunung Merapi


Alhamdulillah.. .
Berkat rahmat dan karunia Mu jua saya dan enam orang kawan (satu perempuan) berhasil menjejakan kaki dipuncak gunung Merapi.
Sungguh ini adalah perjalanan yang berkesan dan menumbuhkan kembali kepercayaan diri akan fisik dan mental saya saat bercengkrama dengan alam.
_______________________________________________________________________

Perjalanan ke gunung Merapi dimulai pada hari jum'at malam tanggal 30 september 2011, saya berdua dengan kawan naik KA (ekonomi) Senja Bengawan tujuan Solo Jebres, dengan ongkos tiket sebesar 37.000 rupiah, berangkat dari stasiun Manggarai pada jam 8 malam.
Sementara empat orang kawan lainnya berangkat naik bis, sepulang mereka kerja pada hari jum'at sore dan seorang kawan lainnya yang tinggal di Surabaya naik bis menuju lokasi.

Perjalanan dengan KA Senja Bengawan kiranya sangat penuh dengan penumpang dan saya berdua yang memang tidak mendapat bangku (tiket berdiri tanpa tempat duduk) Harus rela berdempetan bersama para penumpang lain, duduk dilantai bersandar pada besi samping kursi penumpang yang duduk, tidak nyaman memang dan untuk menyiasati punggung yang sakit karena bersandar dibesi, saya dan kawan menyewa bantal berbusa tipis yang disewakan petugas KA seharga 3000 rupiah.

Tidak banyak yang bisa dilakukan di KA selain duduk, jongkok, berdiri karena pegal dan kembali duduk, jongkok lagi, namun pada akhirnya karena sudah ngantuk saya memutuskan untuk tidur dengan menggelar koran.
Dengan posisi kaki menyelonjor dibawah (kolong) bangku sementara bagian pinggang keatas berada dilorong dan topi kupluk yang diturunkan menutupi mata, maka ritual tidurpun dimulai. Tidak peduli dengan badan yang kelangkahan dan kadang sedikit tersenggol kaki para pedagang yang berlalu lalang, saya mencoba nikmati keadaan itu.

Oh ya, sebelumnya kami memutuskan duduk disamping bangku dilorong KA, kami sempat ke ruang restorasi KA dengan harapan disana ada tempat kosong dan bisa numpang tempat dengan bayar tambahan sekedarnya, namun apa daya ruang resto juga sudah penuh sesak dengan penumpang yang tidak mendapat bangku.

Jam delapan pagi lebih sedikit, akhirnya KA tiba di stasiun Solo Jebres, sebelum melanjutkan perjalanan dengan bis, kami sempatkan makan pagi diluar stasiun dengan lauk rawon seharga 8000 rupiah, selesai makan kami naik bis ke terminal Solo dengan ongkos 2000 rupiah, disambung dengan bis patas Ac keterminal Boyolali dengan ongkos 10.000 rupiah (ada juga bis non patas Ac dengan ongkos 6000 rupiah)

Dari Boyolali kami lalu naik mobil angkot (elf 3/4) dengan tujuan pasar Cepogo dengan tarip 4000 rupiah, bercampur dengan penumpang yang kebanyakan mbok mbok membawa bakul (mungkin sehabis berdagang) kami tiba dipasar Cepogo, lalu singgah diwarung untuk beli air sebanyak 10 liter untuk bekal nanjak nanti, (Aq#a 6 liter dan Poc##i S##et 4 liter) saya membeli air sebanyak itu karena kawan yang dibase camp cuma punya air 6 liter untuk 5 orang. Kami juga membeli biskuit dan wafer rasa coklat untuk bekal nanjak nanti, sekitar 60.000 rupiah kami keluar uang untuk membeli itu. Oh ya, air sangat penting untuk bekal nanjak ke Merapi karena disepanjang jalur pendakian tidak ada air. 

Dari pasar Cepogo kami lanjutkan perjalanan dengan naik bis kecil jurusan Selo dengan ongkos 3000 rupiah, disambung dengan berjalan kaki menyusuri aspal, kurang lebih 20 menit kami tiba di Base Camp Merapi (kediaman Pak Min) Kurang lebih pada jam 12 siang.

Disana sudah menunggu kelima kawan kami, kiranya 4 orang kawan kami yang naik bis sudah tiba di Base Camp pada jam 8 pagi sedangkan kawan yang dari Surabaya pada jam 10 siang

Basecamp atau Pondok pendaki, adalah sebuah rumah (dengan nama pemiliknya Pak Min) dimana terdapat ruang aula dengan lantai kayu setinggi kurang lebih sejengkal tangan (seperti panggung) yang cukup luas untuk menampung pendaki yang ingin beristirahat, baik sebelum atau setelah melakukan pendakian. Tempat ini dapat menampung sekitar 30 0rang pendaki dan bisa dikenali dengan banyaknya pendaki disitu dan sebuah plang bertuliskan BASECAMP PENDAKIAN GUNUNG MERAPI.











Di Base Camp kami menyempatkan makan siang dengan lauk telur ceplok, kerupuk dan tempe goreng dengan harga 5000 rupiah saja, kami  juga memesan kopi dan teh dengan harga 1000 rupiah pergelasnya. Sungguh harga yang luar biasa murah ditambah fasilitas ngebase camp yang gratisan, sungguh itu adalah 'keramahan' luar biasa yang kami dan para pendaki lain terima dari Pak Min dan keluarga.


Saya suka banget ngeliat tungku / tempat masak dan suasana dapur di base camp)


Setelah packing ulang dan berbagi beban di tas dan carrier sesuai kemampuan juga kebutuhan, sekitar jam 2 siang perjalanan mendaki pun dimulai. Dari basecamp, perjalanan dilanjutkan menuju Joglo dengan jalur masih berupa jalan aspal yang menanjak dengan waktu tempuh kira-kira 10 menit. Joglo adalah sebuah bangunan berbentuk rumah joglo yang biasa digunakan pengunjung untuk menikmati pemandangan sekitar. Kita bisa memandangi eloknya gunung merbabu dan lahan pertanian dengan jelas dari tempat ini.

Tempat ini sudah terlihat dari jalan raya karena terdapat sebuah baliho atau tulisan besar yang bertuliskan NEW SELO, disini juga terdapat tempat parkir dan beberapa buah warung yang menjual makanan dan minuman ringan. 





 


     








Joglo (pondok pemandangan) dan Baliho


Dari Joglo, kami berbelok kekiri melanjutkan perjalanan melalui jalan setapak kecil menuju pos Tugu I. Jalur yang kami lewati sedikit menanjak, masih didominasi ladang penduduk (kebanyakan tanaman tembakau) dengan medan batuan kecil dan tanah yang sangat berdebu karena kami mendaki pada musim kemarau. 


Track awal Merapi, sangat berdebu


Setelah beberapa kali beristirahat kami sampai juga di Pos I pada jam 4 sore, di Pos Tugu I ini terdapat sebuah tugu yang letaknya berada di sebuah punggungan, tingginya sekitar 1,5 meter.
Dari Pos I, kami melanjutkan perjalanan menuju Pos Tugu II, dengan jalur yang curam dan penuh bebatuan besar. perjalanan menuju pos ini memerlukan waktu sekitar 3 jam,"agak lama" karena kami memang banyak beristirahat disepanjang jalan. Di pos ini juga terdapat sebuah tugu, sama seperti di pos sebelumnya. 



Menuju Pos II


Dari sini sebenarnya kepingin langsung menuju Pasar Bubrah, tapi baru separuh jalan kami memutuskan untuk ngecamp (buka tenda) saja, selain karena jalan yang gelap dan berkabut juga karena fisik yang memang butuh istirahat. Maka kamipun membuka dua tenda di balik batu besar, selesai itu kami bercengkrama sebentar dimuka tenda sambil masak mie dan menikmati cemilan juga minuman hangat, ditemani bintang gemintang dan cuaca yang dingin. 
Udara malam yang sangat dingin karena musim kemarau akhirnya memaksa kami masuk ketenda dan bergelung sleeping bag untuk beristirahat.

Pagi, sekitar jam 3.30 ditengah dingin dan kantuk, kami bangun dan membuat sarapan bubur ayam instan dan minuman hangat. Selesai sarapan, kira kira jam 4 lewat kami meninggalkan tenda dengan hanya membawa tas tas kecil untuk menuju puncak. Sengaja kami hanya membawa yang penting penting saja ditas tas kecil agar perjalanan muncak nanti tidak terlalu berat.

Senter dihidupkan, kami berjalan beriringan melawan dingin dan menembus kabut, melewati medan pendakian yang masih serupa dengan medan pendakian sebelumnya.




Ditengah perjalanan menuju Pasar Bubrah mentari mulai menampakan sinarnya, sebelumnya kami berencana untuk melihat panorama sunrise itu dipuncak Merapi, namun apa daya dinginnya udara dan tebalnya kabut memaksa kami mengundurkan jam keberangkatan untuk muncak.




Menjelang pasar bubrah kami melewati sebuah memoriam yang berada pada sebuah dataran yang menjadi puncak sebuah punggungan. dari sini kami berjalan turun menuju pasar bubrah. 




Pasar Bubrah berada pada sebuah lembahan yang dipenuhi batu - batu besar yang berserakan, dari sini samar terlihat 2 buah puncak. disebelah kiri adalah jalur menuju kawah woro.




Sedang di hadapan kami adalah jalur yang menuju ke puncak Garuda, dengan jalur yang sangat menanjak curam. Medan yang kami hadapi adalah jalan berpasir kasar dan batuan vulkanis yang mudah longsor. Kami harus berhati - hati disepanjang jalan ini, karena angin kencang bisa datang setiap waktu. Begitu juga dengan bahaya longsoran batu yang terinjak oleh pendaki diatas kami.


Betapa manusia terlihat kecil diantara kebesaran alam Merapi


Disepanjang jalan, beberapa kali ada batu yang longsor menggelinding kebawah karena terinjak pendaki diatas kami, cukup bahaya memang karena kadang ada batu yang besar juga meluncur kebawah. Jadi walau kadang kami jalan merayap mata tetap harus melihat keatas dan pasang telinga untuk siap siap menghindar bila ada yang teriak 'awas batu !' 

Berjalan dibebatuan vulkanis pada kemiringan yang cukup ekstrem sangat menguras tenaga, sepertinya langkah kaki ini tidak juga membawa kami keatas, karena setiap kita melangkah naik selalu saja pasir dan bebatuan yang kita injak itu longsor dan merosot kebawah. Jadi sepertinya setiap tiga langkah naik hanya selangkah yang benar benar naik berpindah makin keatas.

Cukup melelahkan memang dan kadang untuk membantu kawan yang letih kami mendorong / menahan kakinya agar cukup kuat berpijak untuk melangkah keatas, bahkan ada juga beberapa orang yang sampai ditahan dan didorong (maaf) pantatnya agar bisa terus beranjak naik.



Merayap dan didorong dorong pun tak masalah, yang penting bisa muncak


Menjelang puncak medan jalan semakin sulit saja, karena kemiringan semakin ekstrem. Disini kita harus berhati hati sekali, berjalan sambil sesekali merayap berpegangan pada dinding tebing yang rapuh, dari sini sudah terlihat pemandangan gunung Merbabu yang elok


Gunung Merbabu


Setelah melewati perjalanan yang lumayan berat, akhirnya tiba juga di lereng kawah gunung dan satu persatu dari kami pun langsung merapat ke puncak Merapi , tapi berhubung puncaknya kecil, maka kami tak bisa berlama lama disitu karena harus gantian dengan pendaki lain. Kami akhirnya bersantai santai dilereng kawah menikmati cemilan sambil mengagumi (pemandangan) kebesaran tuhan dari puncak Merapi.




Bersantai di sekitar tenda setelah muncak


Selesai muncak kami lantas turun menuju tenda dan bersantai diluar tenda sambil bersendau gurau lalu selanjutnya packing barang untuk kembali turun menuju Base Camp.


Terimakasih kawan atas kebersamaan (pendakian) yang telah kita lakukan, senang rasanya dapat berkumpul dan jalan bareng lagi, ditengah sulitnya membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan kita.

Sampai jumpa dipendakian berikutnya.
Semoga kita selalu dalam limpahan rahmat dan kasih sayang Nya.

 Salam.. .

_______________________________________________________________________

Oh ya, sekedar info nih :
Gunung Merapi dengan ketinggian 2.968 m.dpl terletak di dua provinsi, di Jawa Tengah dan Jogjakarta, gunung Merapi terletak berdampingan dengan gunung Merbabu. Nama puncaknya adalah puncak Garuda, yang merupakan bongkahan batu besar dengan bentuk mirip burung garuda.  
Salah satu ciri khas dari Gunung Merapi adalah pada saat terjadi letusan menghasilkan awan panas (glowing avalanches), yang oleh penduduk setempat disebut Wedus Gembel (sejenis kambing Jawa), awan panas ini mempunyai suhu sekitar 1.000 °C yang turun berbentuk bulatan keriting mirip kambing.

NB : 
Jam dan tanggal pada poto poto bukan menunjukan waktu yang sebenarnya, tampaknya kameramen kami lupa menyeting itu dikameranya.



29 komentar:

Lidya Fitrian mengatakan...

kerennnn...keren bisa naik gunung gitu ya. aku belum pernah dan kayanya gak akan pernah :(

Damar mengatakan...

wah repostase yang komplit sekali Kang.
Sabtu kemarin 15 oktober saya juga ke lereng merapi Kang, tepatnya ke Kinahrejo tempatnya Mbah Marijan. Penasaran dengan bekas letusan merapi

ESSIP mengatakan...

wow.. jadi kangen semua tentang Merapi..
oh ya Puncak Garuda apa ada perubahan sekarang pasaca erupsi kemarin?

Mood mengatakan...

@ Lidya : ASik loh Mbak liat pemandangan dan merasakan suasana dipuncak gunung.

@ Pak Sis: Wah saya malah belum liat pasca erupsi Merapi diKinahRejo, coz saya nanjak lewat Selo/Boyolali.

@ Mas Akbar: Jujur saya ga tau puncak garuda itu msh ada/tidak, tp kata kawan saya yg pernah dua kali muncak kesitu, puncak garuda skrng sdh ga ada Mas. Mungkin kena erupsi kemarin.

bundadontworry mengatakan...

Subhanallah....Mood, betapa bahagia ya rasanya bisa mencapai puncak merapi yg demikian sulit nya.

bunda kebayang disana , betapa ciptaan Allah swt demikian indah sekaligus mengerikan utk pendaki yg tak berpengalaman .

sungguh pendakian yg indah dilakukan bersama kawan2 ya Mood .keren...keren banget , suwer ......
salam

dhenok habibie mengatakan...

subhanllah, kereeeen banget om.. hmm, kapaaaaaaaaann ya dhe bisa ndaki gunung gitu.. kapan-kapan ajak dong om.. :D

Munir ardi mengatakan...

Indahnya bang bisa menikmati Alam dan mencapai puncak merapi , selamat

catatan kecilku mengatakan...

ternyata perjalanan ke puncak Merapi sangat berat ya, harus merayap juga utk sampai kesana. Duhh... Ngeri liat yg harus merayap di 'dinding' tebing itu...

Unknown mengatakan...

indah nian panoramanya. berasa sejuknya tuh

Anonim mengatakan...

Wow...keren banget foto-fotonya di gunung merapi.

Info yang sangat lengkap sekali, sampai detail biaya yang harus dikeluarkan dari mulai kendaraan sampai minuman. Salut bisa jadi acuan kalau liburan.

Liburan yang sangat menyenangkan tampaknya. Jadi kepingin mendaki tapi ndak ada temannya. happy blogging, salam kenal mas.

Unknown mengatakan...

Reportase dari ssang petualang alam lebih mengasyikkan, karena dpat mempersembahkan suasana alur cerita yang sebenarnya dengan dilampirkan foto yang dapat bercerita.

Sukses selalu Mas.
Maaf baru sempat mampir kemari.
Salam
Ejawantah's Blog

attayaya mengatakan...

sebuah perjalanan yang menyenangkan untuk menikmati keindahan alam dan kebesaran Allah SWT.
hmmm jadi teringat dulu ndaki Gunung Merapi di Bukittinggi

Ocky Fajzar mengatakan...

asik banget! belom pernah mendaki gunung nih, jalan di jalanan nanjak dikit aja ngosngosan :D

monda mengatakan...

perjuangan yang berkesan untuk mencapai puncak Merapi yang legendaris itu ya
pasti cantik sekali pemandangan dari atas sana

windflowers mengatakan...

wah..keren banget..berhasil menggapai merapi.. :)

Sugeng mengatakan...

Wah masih sempat mendaki meski ada keluaraga di rumah, bagus itu. Saya sendiri setelah berkeluarga, kesenengan untuk bertracking dan camping di alam bebas menjadi hilang. Mungkin niatnya saja yang tidak ada sehingga kesempatanjuga tidak pernah ada juga :D


Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

Indahnya Berbagi mengatakan...

wow...mantab sekali pemandangan dan pengalaman mendaki ke puncak merapinya, mas. salam kenal...

advertiyha mengatakan...

Wuuuiiiiiiiiiiiii.. foto-fotonya kereeeeeeen,,,,

kok aku gak dibawain edelweis sih bang?? hehe

salam bang Mood

Ummi Ubay mengatakan...

waaaaaaaaaaaaaaaaaaa
chika jadi kangen ke sana^^

waktu chika kesana beda banget ama sekarang^^

dulu masih ada mbah marijannya

Enny Law mengatakan...

wah keren banget..
hmm kapan ya bisa mendaki hihii

Ninda Rahadi mengatakan...

keren ya mas
meskipun tanggal fotonya salah yang penting hasilnya toh :D

isnuansa mengatakan...

AAAKKKK, Kalau nggak terbentur waktu ngantor, saya pengen juga bisa naik gunung kayak gitu.

Hehehe, naik Bengawan? Itu transportasi saya dulu kalo pulang kampung. Bayangkan pas Lebaran naik begituan, Mas. Lebih 5 kali lipat jumlah penumpangnya.

Ayo, kapan kita jalan lagi!

makmalf mengatakan...

keren banget foto2nya. Saya belum pernah mendaki gunung sama sekali. :(

al kahfi mengatakan...

foto2nya kerenya pak,, oh ya salam kenal kembali ya,, sy juga sdh folloback

Anonim mengatakan...

Sebuah mimpi tak kesampaian, hanya bisa saya penuhi dengan membaca petualangan pendakian teman-teman seperti ini.
Tetap jaga kesehatan supaya bisa menaklukkan ketinggian gunung berikutnya Mood.
# Alam membaut kita semakin merasa, kita bukan apa-apa, hanya salah satu makhluk ya.

Nchie mengatakan...

hai..kunjungan balik..
hallo salam kenal kembali ya..

Spceehless..Hebat..kerenn..
Jempol banget petualangannya.foto2nya top abis,

Salam
Makasih ya,semoga selalu terjalin silaturahmi..

Ninda Rahadi mengatakan...

udah bw kemana2 mas... sudah balik toh dari merapinya?

chocoVanilla mengatakan...

Wah, keren, Bang! Ada pengalaman horror nya gak, Bang? Soalnya kawan-kawan saya dulu suka bercerita yang horror kalo mendaki Merapi :P

Ceritaeka mengatakan...

Postingan ini membuatku iri seiri-irinyaaaaaaaaaaaaaaaa :D

Bookmark buat persiapan kalo aku ke Merapi kapan2 nanti ;)