Kau bangkitkan lagi kenangan
pada hangat peluk, kecupan liat dan harum rambut
yang sesekali singgah diantar semilir angin
_Dingin mendera, kuangkat lagi gelasku
reguk kesepian, kamu di benakku seperti anggur kolesom
Pada aroma yang sama merindui, candui malam malam ku
kamulah anggur kolesom itu
_Malam bergegas, kupandangi di ujung mabukku
_Dingin mendera, kuangkat lagi gelasku
reguk kesepian, kamu di benakku seperti anggur kolesom
Pada aroma yang sama merindui, candui malam malam ku
kamulah anggur kolesom itu
_Malam bergegas, kupandangi di ujung mabukku
sebelum ia menjadi terang
aku kembali pulang, menutup gordin kamar rapat
sebelum akhirnya tersungkur dalam lelap
aku kembali pulang, menutup gordin kamar rapat
sebelum akhirnya tersungkur dalam lelap
Diantara itu. . Jangan menelpon, aku tak tahan mendengar suaramu
5 komentar:
Saya sendiri belum pernah merasakan anggur kolesom. Jadinya gak bisa membayangkan betapa mencanduinya Si Dia itu... :D
baca di part awal menagkap keriduan seseorang yang begitu menggebu, tapi pas part akhir malah merasa suatu kebosan seseorang..jadi, yang mana yang benar, atau kedua2 intrepertasi saya yg salah?
saya gak tau apa itu mas, yang saya tahu hanya anggur tok
@ Mas Alam & Mbak Lidya: Ini cuma cerita fiksi yang direkayasa Mas. He he.. .
@ Iwan: Ini cerita, memang tentang kerinduan dan kenangan. Makannya di kalimat terakhir 'aku' ga mau mendengar suaranya, sebab itu bisa membuat kerinduannya makin liar.
Semanis dan hangatnya anggur Kang.
Sukses selalu
Salam
Ejawantah's Blog
Posting Komentar